Mengajar dan Belajar pada anak

Banyak hal yang tidak kita sadari menjadi contoh dan ditiru oleh anak-anak kita. Sehingga apapun yang dilakukan oleh orangtua, maka itulah perilaku anak-anak kita. Disinilah sebenarnya, masa depan anak itu bisa dilihat, bahkan bisa diarahkan.

Baik dan buruk seorang anak, ditentukan oleh orangtuanya. Maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa, setiap anak dilahirkan dalam keadaan bersih (fitrah), bergantung kedua orangtuanya, mau menjadikan apa. Ia juga seperti sehelai kertas putih, dimana orang tua bebas mau menuliskan apasaja pada anak-anaknya.

M. Kafa Billahi Fauzi, saya biasa memanggilnya, Kafa. Adalah anakku yang pertama, aku belajar banyak pada anak ini. Dimana kekuranganku sebagai orang tua (ternyata lebih banyak kurangnya), minimal bisa kulihat dan berharap bisa diperbaiki nantinya, darinya. Ibarat cermin, anak-anak kita adalah cermin sesungguhnya.

Kuperhatikan, beberapakali peristiwa, secara tidak kusadari, dia melakukan sesuatu diluar dugaan. Khususnya soal sedekah. Kalau berada di Masjid misalnya, atau di tempat lain, dan kebetulan dia melihat kotak amal, spontan maka dia minta uang untuk dimasukkan kedalam kotak amal tersebut. Berapapun kecil dan besarnya, dia tidak melihat jumlah yang diinginkan, cuma satu, memasukkan uang kedalam kotak amal.

Ada cerita menarik dan menggelitik soal kebiasaan anak "Lanang" (cowok, baca) satu ini. Suatu ketika, Kafa meminta uang pada umi (baca:Ibu)nya, sebesar Rp. 50.000 untuk shodaqoh di sekolah, katanya. Umminyapun tidak memberi, karena uang dikantong memang tinggal Rp. 50.000 dan untuk kebutuhan lain, alasan umminya.

Kafapun tetap merengek dan dengan terpaksa tidak mendapatkan 50.000 untuk ia shedekahkan di sekolah. Lalu, apakah yang terjadi kemudian? Uang yang seharusnya digunakan untuk keperluan lain itu, akhirnya benar-benar digunakan untuk keperluan lain, tapi tidak seperti rencana sang ummi.

Motor yang dipakai ummi Kafa untuk mengantar sekolah, tiba-tiba, bannya bocor dan harus ganti. Jadi total ummi harus mengeluarkan uangnya Rp. 50.000. entah kebetulan atau tidak, yang pasti Ummi mengeluarkan Rp. 50.000. padahal, seharusnya uang tersebut untuk digunakan Kafa bersedekah.

Dari situlah, kemudian ummi teringat dan menyesal kemudian. Kenapa tadinya, Kafa minta untuk sedekah tidak diberikan? Yang akhirnya, niatan Kafa bersedekah tidak jadi dilakukan, sementara uang untuk kebutuhan lainpun jadi hilang, gara-gara dibuat untuk mengganti ban.

Point yang ingin saya sampaikan dalam tulisan diatas adalah bahwa akhlaq itu bisa dibentuk sejak dini pada anak-anak kita. Saat akhlak yg baik itu menjadi kebiasaan yang spontan, maka kita musti mendukungnya dengan penuh keimanan, bukan sebaliknya. Semoga catatan kecil ini bermanfaat, terutama bagi penulis pribadi. Wallohu a'lam

Comments

Popular posts from this blog

Kyai As'ad, Pahlawan dan NU

Kemenangan HOSTUM, Kemenangan kaum Buruh!

Penetapan UMP 2012, Masih Tarik Ulur*